Hasto PDIP Respons Ridwan Kamil Bertemu Jokowi: Budaya Orde Baru, Menunjukkan Mentalitas Kalah
2 min read
Nias.TOP - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menyampaikan pandangannya tentang Ridwan Kamil, Cagub Jakarta, yang menurutnya sedang menunjukkan mentalitas yang lemah di tengah merosotnya elektabilitas.
Hasto menilai, langkah Ridwan Kamil yang menemui Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, di saat dukungannya turun tajam, mencerminkan sikap yang ia sebut sebagai "mentalitas orang kalah."
“Di tengah-tengah hasil survei yang menunjukkan pasangan RK mengalami penurunan secara drastis, publik semakin tidak percaya. Lalu, Pak RK datang ke Pak Jokowi, itu menunjukkan mentalitas kalah,” ujar Hasto usai mengikuti lomba lari 'Victoria Run' di Tangerang Selatan, Minggu (3/11/2024).
Credit Foto : Tribunnews.com |
Hasto mengungkapkan bahwa pertemuan Ridwan Kamil dengan Jokowi tampaknya dimaksudkan untuk mencari restu dan dukungan demi memenangkan Pilkada Jakarta 2024. Menurutnya, langkah ini terasa seperti menghidupkan kembali budaya lama dari masa Orde Baru.
Hasto menekankan bahwa generasi muda saat ini, terutama generasi milenial dan Gen Z, lebih menghargai kandidat yang menawarkan gagasan dan prestasi nyata, bukan yang mengandalkan "restu" dalam politik.
“Budaya restu-restuan itu adalah budaya lama, budaya Orde Baru. Anak muda, generasi milenial, Gen Z lebih mengutamakan prestasi. Harus turun ke bawah, menampilkan gagasan yang baik. Ketika RK datang ke Pak Jokowi, itu sekali lagi menunjukkan mentalitet kalah, bukan mentalitet pejuang,” jelas Hasto.
Ia menambahkan bahwa kandidat PDIP untuk Pilkada Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno, justru aktif turun ke masyarakat untuk menyapa rakyat dengan gagasan yang membangun Jakarta sebagai kota global. Hasto yakin, keduanya mampu meraih kemenangan dengan mengedepankan pendekatan yang kuat dan menginspirasi warga Jakarta.
Lebih lanjut, Hasto menduga penurunan elektabilitas Ridwan Kamil mungkin terjadi setelah pernyataan wakilnya, Suswono, tentang “janda kaya menikahi pria muda pengangguran” yang menuai kontroversi. Menurutnya, komentar itu memicu reaksi keras, bahkan dianggap melecehkan nilai-nilai agama, yang akhirnya mendorong RK untuk meminta dukungan Jokowi.
“Ini kekhawatiran yang sangat dari RK karena surveinya menurun, dan ada masalah terkait wakilnya, yang banyak dianggap bentuk pelecehan agama. Dan kemudian datang minta restu. Sekali lagi, itu menunjukkan mentalitas kalah. Budaya restu-restuan itu budaya masa lalu, budaya feodal yang harus kita tinggalkan,” tambah Hasto.
Hasto juga menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menekankan pentingnya netralitas aparat negara dalam Pilkada 2024. Ia meyakini bahwa segala bentuk intervensi dari pihak aparatur negara yang mencoba memenangkan pasangan calon tertentu bertentangan dengan komitmen Prabowo untuk menjaga netralitas pada Pilkada serentak.
“Cawe-cawe Jokowi sudah tidak bisa lagi. Jika ada aparatur negara yang bergerak untuk memenangkan pasangan calon tertentu, itu artinya berseberangan dengan garis kebijakan Presiden Prabowo,” tutup Hasto.